<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20220754\x26blogName\x3dJurnal+Leadership+%26+Manajemen\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://leadership-id.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://leadership-id.blogspot.com/\x26vt\x3d-4700549560053830481', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Jurnal Leadership & Manajemen

Tuesday, December 27, 2005

[resensi] How to Get Rich - Donald Trump

Trump: How to Get Rich

Donald Trump. Mendengar nama ini, umumnya orang teringat pada sosok dengan rambut yang aneh dan tampang yang serius. Selain itu, dia juga mengingatkan pada sosok pengusaha konstruksi yang sangat sukses. Ditambah lagi dengan keterlibatannya sebagai juri pada acara TV "The Apprentice" yang selalu memecat salah satu peserta di akhir setiap seri. Sukses. Menarik. Dan tentunya sangat kaya.

Tapi ternyata Donald Trump pernah merasa menjadi orang yang jauh lebih miskin dari seorang gembel di pinggiran jalan di Manhattan. Ini yang dirasakannya saat hutangnya yang sekitar $90 milyar telah jatuh tempo dan gagal dibayar. Donald melihat seorang pengemis dan berpikir,"Dia lebih kaya $90 milyar dibanding diriku". Tapi kemudian, dengan kepiawaiannya bernegosiasi dan kehandalannya dalam membina hubungan interpersonal, Donald berhasil membayar hutang-hutangnya. Bukan hanya itu, Donald bahkan menjadi lebih kaya lagi dengan aset properti yang tersebar dari New York di ujung timur ke California di ujung barat.

Cerita - cerita sukses dan getir inilah yang mewarnai buku "How to Get Rich" karangan Donald Trump bersama dibantu Meredith McIver. Buku ini dipenuhi dengan ide-ide dari Donald Trump tentang apa yang telah dilakukannya untuk menjadi Donald Trump sekarang. Anda dapat mengetahui apa yang telah dilakukan Donald untuk mengembangkan bisnis yang diterimanya dari orang tuanya dahulu menjadi jauh elbih besar.

Salah satu hal yang menarik dari Donald Trump adalah keberhasilannya menciptakan merek diri, atau yang sering dikenal dengan personal branding. Branding yang dilakukannya atas dirinya sendiri sangat berhasil sehingga setiap properti yang memasang nama Trump menjadi properti yang bernilai sangat tinggi dan diperebutkan oleh para milyarder dunia. Contohnya, sebuah bangunan di pusat kota Manhattan yang dibelinya dari sebuah perusahaan perkeretaapian yang tidak mampu membayar hutang dikembangkannya menjadi bangunan kantor dan apartemen. Dengan intuisinya yang tajam dan nama besarnya, Trump berhasil membuat bangunan tersebut menjadi aset yang sangat mahal dengan keuntungan berlipat ganda dibanding harga pembeliannya.

Trump juga mengajarkan pentingnya memperhatikan kualitas dari karyawan kita. Menggemakan apa yang telah banyak dianjurkan oleh pakar-pakar manajemen dunia, Trump menasehatkan agar para manajer tidak memberikan toleransi dalam hal memilih karyawan. Baginya ini sangat penting. Trump menasihatkan agar setiap pemimpin benar-benar berusaha untuk mencari karyawan yang terbaik bagi setiap posisi, karena pada akhirnya pemimpinlah yang akan merasakan keuntungan (atau kerugian) dari kualitas karyawan yang telah dipilihnya. Karenanya, bagi Trump, salah satu tugas utamanya adalah memastikan bahwa proses seleksi dan rekruting berjalan dengan baik.

Selain dari butir-butir manajemen dan kepemimpinan, dalam "How to Get Rich" Trump juga menceritakan apa yang dilakukannya dalam satu minggu. Bagian ini menarik, karena kita bisa belajar dari apa yang Trump lakukan untuk mengendalikan kerajaan bisnisnya. Dengan jadwalnya yang sangat padat, Trump selalu dapat berinteraksi dengan karyawan dan teman-temannya, dengan keempat anaknya, dan dengan pasangannya. Trump juga selalu menyempatkan diri untuk melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan di setiap aset perusahaannya. Hal-hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dalam hidup Trump. Menarik melihat bagaimana kehidupan seorang billiuner untuk melakukan hal-hal tersebut.

Buku ini enak dibaca dan dituliskan secara padat dan ringkas. Keping-keping ide dari Trump dibagi dalam bagian-bagian yang mudah diikuti:
- Introduction: Five Billion Reasons Why You Should Read This Book
- Part I: The Donald J. Trump School of Business and Management

- Part II: Your Personal Apprenticeship (Career Advice from The Donald)
- Part III: Money, Money, Money, Money
- Part IV: The Secrets of Negotiation
- Part V: The Trump Lifestyle
- Part VI: Inside The Apprentice

Anda yang ingin belajar dari Donald Trump dan mengetahui jalan yang telah dilewatinya untuk menjadi seorang yang berhasil perlu membacanya.


Hard Cover: 320 halaman
Penerbit: Ballantine Books
Bahasa: Inggris
Harga: Rp 172.000,-

(Harga di QB = Rp 225.000,00)


Untuk membeli buku ini, kirim email ke
leadershipbookstore@gmail.com


Read more! / Baca lanjutannya!

Membangun Perilaku Time Management

Kita sepakat bahwa waktu adalah sumber daya yang paling berharga. Bila mesin rusak, kita bisa membeli baru. Bila karyawan keluar, kita bisa mencari penggantinya. Tapi, waktu tak bisa digantikan. Begitu pentingnya faktor waktu ini, banyak sekali ketrampilan dipelajari agar kita bisa memanajemeni waktu dengan baik. Tujuannya adalah agar kita bisa bekerja lebih "smart" dan produktif. Banyak pula alat bantu, seperti "to do list", "planner", alarm dan lain sebagainya diciptakan untuk membantu kita memanajemeni waktu. Namun, dasar dari semua itu adalah membangun perilaku kerja yang peduli dan menghargai nilai waktu yang tiada taranya ini. Berikut beberapa tips untuk membangun perilaku yang peduli dengan manajemen waktu.

1. Susun rencana kerja anda

Tetapkan sasaran dan rencana kerja untuk satu hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Susun sesuai dengan prioritas yang harus anda selesaikan. Anda hanya bisa mengerjakan satu misi pada satu waktu. Maka, pilah-pilahlah mana yang harus anda lakukan, mana yang sebaiknya anda lakukan, dan mana yang tidak begitu penting. Alokasikan waktu anda sesuai dengan rencana-rencana yang
telah anda susun. Jangan biarkan apa yang kurang penting menghabiskan lebih banyak waktu anda.

2. Gunakan alat bantu manajemen waktu

Jangan hanya mengandalkan ingatan. Jangan ragu untuk menggunakan alat bantu manajemen waktu. Ada banyak alat bantu tersedia, seperti, formulir "to-do-list", "planner", "chart", dan masih banyak lain, baik yang konvensional maupun canggih. Atau anda bisa mencoba membuat formulir sesuai dengan kebutuhan anda. Bahkan, sebenarnya selembar kertas kosong pun sudah cukup. Yang terpenting adalah anda menuliskannya.


3. Jangan menunda-nunda

Memang bagian tersulit adalah memulai. Terlebih lagi bila anda tak punya cukup bekal untuk mengerjakan suatu proyek. Jangan termangu-mangu. Jangan menunggu datangnya ide. Lakukan saja. Segera mulai pekerjaan anda. Jangan tunda-tunda lagi. Begitu anda memulai, anda akan mengetahui apa yang harus anda kerja. Pokoknya, mulailah. Jika anda bisa mengerjakannya sekarang,
jangan tunda sampai esok.

4. Jadilah proaktif

Tak semua yang anda butuhkan datang sendiri ke meja anda. Menunggu dapat menghabiskan waktu anda. Bersikaplah proaktif. Jangan hanya bisa berharap dan mengeluhkan keadaan. Bangkit dari kursi anda, dan temui masalah yang menghambat kerja anda. Selesaikan di tempatnya dengan segera. Memang, kata pepatah, waktu adalah the best inhaller. Tetapi bila anda tak melakukan apa-apa, anda pun tak mendapatkan apa-apa.

5. Hentikan kegiatan yang menghabiskan waktu

Singgah di kursi tetangga kerja, mengobrol di telepon, menjelajah dan chatting di internet, saling berkirim email, memang mengasyikkan, bisa menambah wawasan dan jaringan kerja, bahkan mengatasi kelelahan dan stress anda. Namun, bila itu tak ada hubungannya dengan apa yang harus anda kerjakan dan tak berujung pangkal, maka anda hanya menyia-nyiakan waktu anda
yang berharga. Hentikan semua itu. Lakukan sesuatu yang benar-benar berharga.

6. Delegasikan tugas-tugas

Salah satu pembunuh waktu adalah mengerjakan semuanya sendiri. Salah satu idiom manajemen yang kesohor adalah "melakukan sesuatu melalui orang lain". Ini bukan untuk menyiksa orang lain, namun agar kita bisa mengerjakan sesuatu yang jauh lebih penting dan produktif sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawab kita. Belajarlah mendelegasikan tugas-tugas. Namun pertimbangkan dengan baik, jangan sampai pendelegasian itu justru menyia-nyiakan waktu orang lain. Waktu anda dan orang lain adalah sama berharganya.

7. Katakan saja "tidak"

Katakan saja "tidak" pada siapa pun dan apa pun yang mengganggu manajemen waktu anda. Ini juga termasuk mengatakan "tidak" pada apa pun yang berusaha menghabiskan waktu anda untuk menikmati kehidupan anda sendiri. Anda pun berhak beristirahat, berrekreasi, memompakan energi. Pastikan ini pun masuk dalah manajemen waktu anda.


Read more! / Baca lanjutannya!

Belajar Memimpin

Collin Powell dan Joseph E. Persico

Pada awal karirku di AD Amerika Serikat, aku ditugaskan di Fort Benning, Georgia, dan menjalani Latihan Lanjutan Penerbangan selama satu bulan. Suatu malam, kami harus terjun payung dari sebuah helicopter, sesudah berjalan seharian penuh. Saat itu kami telah kecapaian. Aku adalah perwira senior yang turut di pesawat tersebut. Dalam kebisingan suara mesin heli, aku memerintahkan kepada setiap orang untuk memeriksa ulang tali statis – kabel yang dikaitkan pada lantai, yang akan membuka parasut pada saat kami terjun.

Seperti nenek-nenek cerewet, aku berjalan diantara prajurit-prajurit yang berhimpitan, memeriksa langsung setiap tali. Yang mengejutkan, ada sebuah kait yang longgar. Aku menunjukkan tali yang longgar itu pada wajah orang tersebut. Dia terkejut. Salah-salah dia akan terjun dan jatuh seperti sebuah batu. Dia mengucapkan terima kasih. Pelajaran tersebut jelas. Saat-saat stress, ketidakpastian dan kelelahan adalah saat-saat dimana kesalahan-kesalahan terjadi. Ketika semua dalam keadaan surut, pimpinan harus hati-hati dua kali lipat. "SELALU MEMERIKSA HAL-HAL KECIL" menjadi salah satu peraturanku.

MEMBUAT KEPUTUSAN YANG SULIT
Pada tahun terakhirku di New York City College, aku diangkat menjadi pimpinan kelompok Pershing Rifles, bagian dari kelompok mahasiswa Reserve Officers' Traning Corps. Tahun sebelumnya, team latihan kami telah memenangkan kejuaran biasa dan kejuaraan trick pada kompetisi regional. Aku telah memimpin team latihan saat itu, jadi aku mengambil team biasa dan menugaskan John rekanku untuk memimpin team trick.
Dari awal, aku telah merasa bahwa team trick kehilangan kekuatannya. John, biasanya seorang pemimpin yang baik, menyurut karena masalah pribadinya. Anggota team mengeluh bahwa pikiran John tidak pada pekerjaannya. Aku ingin menugaskan rekan lain untuk team tersebut, tetapi John terus menerus mengatakan "Aku dapat melakukannya". Sayangnya John gagal. Team biasa kami menang tahun itu, tetapi kami kalah pada kompetisi trick. Aku marah, terutama pada diriku sendiri. Aku telah mengecewakan team dan John juga, dengan membiarkannya terus berjalan dengan dasar yang belum siap. Hari itu, aku belajar bahwa SEBAGAI PEMEGANG WEWENANG, BERTUGAS MEMBUAT KEPUTUSAN, TIDAK MASALAH BETAPAPUN SULITNYA. JIKA ADA YANG SALAH, PERBAIKI. Seorang pimpinan tidak dapat membuat pengorbanan besar dalam situasi yang buruk hanya karena demi perasaan seseorang.

JANGAN MENGHUKUM SETIAP KESALAHAN
Dalam salah satu tugas pertamaku, sebagai Perwira Muda Infantry, aku dikirim ke Infantry ke 48 dekat Frankfurt, Jerman. Saat itu, senjata utama kami adalah Meriam Atom 280 mm. Dikawal oleh regu-regu infantry, meriam-merian tersebut terus menerus dipindah-pindahkan disekeliling hutan diatas truk, sehingga pihak Soviet sulit mengetahui posisi dari meriam tadi. Suatu hari Kapten Tom Miller menugaskan reguku untuk mengawal sebuah meriam tersebut. Aku mempersiapkan anak buahku, dan mengendarai jeep-ku. Aku belum jauh ketika kusadari pistol 45ku hilang. Aku terkejut. Di AD, kehilangan senjata adalah masalah serius. Aku tidak punya pilihan lain kecuali menghubungi Kapten Miller di radio dan memberitahukan kehilangan tersebut. "Apa ?!?" katanya tidak percaya. Dia berhenti sejenak, kemudian menambahkan "Baiklah, teruskan misimu". Ketika aku kembali, bimbang menghadapi keputusan untukku, Kapten Miller memanggilku. "Aku punya sesuatu untukmu", katanya memberikan pistolku."Beberapa anak di desa menemukannya pada saat terjatuh dari kantung pistolmu". "Anak-anak menemukannya ?" Aku merasa terkejut sekali. "Yeah", katanya, "Untungnya mereka hanya menembakkan satu peluru sebelum kami mendengar suara tembakan dan mengambil pistol itu". Kemungkinan bahaya yang ditimbulkan membuatku lemas. "Demi Tuhan, Nak, jangan membiarkan hal itu terulang lagi".

Dia menjalankan mobilnya. Aku memeriksa magazen pistolku dan ternyata masih penuh. Pistol tersebut belum ditembakkan sekalipun. Kemudian aku mengetahui bahwa pistol itu terjatuh ditendaku sebelum aku berangkat. Kapten Miller telah mengarang cerita tentang anak-anak desa agar aku khawatir dan berhati-hati sekali. Pada saat sekarang AD mungkin akan melakukan penyidikan, memanggil pengacara, dan kemungkinan besar akan memberikan tanda buruk pada catatanku. Kapten Miller memberiku kesempatan untuk belajar dari kesalahanku.

Contoh yang diberikannya untuk kepemimpinan yang rapi tidak terhilangkan padaku. TAK SEORANGPUN NAIK KEPUNCAK TANPA PERNAH TERGELINCIR. Jika seseorang melakukan kesalahan, aku merasa tidak perlu menendangnya sebagai hukuman. Falsafahku adalah : Angkat mereka, bersihkan, dan gerakkan kembali.

BUATLAH TEAM-MU MERASA PENTING
Ketika aku menjadi ajudan batalyon dari suatu unit baru, pekerjaanku adalah menangani personel, surat dan "semangat dan kesejahteraan". Komandan-ku adalah Kolonel William C. Abernathy, yang menugaskan pasukan bekerja untuk keras tetapi juga membuat mereka bersemangat tinggi. Suatu hari, kolonel memintaku menyiapkan suatu sistem surat "Selamat Datang Bayi". Setiap prajurit yang istrinya melahirkan, akan menerima surat pribadi dari Komandan Batalyon yang memberi selamat kepada mereka. Surat kedua disampaikan kepada si bayi langsung. Abernathy memintaku agar surat-surat ity dikirimkan pada hari bayi tesebut dilahirkan.

Aku tidak antusias menjalankan tugas tersebut dan berlambat-lambat mempersiapkan sistem tadi. Ketika Abernathy mengetahui hal tersebut, dia menegurku dengan keras. Aku kembali ke kantorku dan mengerjakannya sebaik mungkin. Luar biasa, kami mendapat feedback yang positif. Para prajurit sangat terkesan dengan perhatian dari Abernathy. Para ibu menulis mereka merasa sangat dihargai dianggap sebagai bagian dari kehidupan AD suami-suami mereka. Sebuah pelajaran baru didapat dan dicatat. CARILAH CARA UNTUK TURUN KE BAWAH DAN MENYENTUH SETIAP ORANG PADA SUATU UNIT. BUAT MEREKA MERASA PENTING DAN MENJADI BAGIAN DARI SESUATU YANG LEBIH BESAR DARI DIRI MEREKA.

JANGAN PERNAH MENGECILKAN ANTUSIASME. Saat itu Pk.01.00 suatu pagi yang dingin di bulan April. Aku adalah Letnan Kolonel yang membawahi suatu batalyon dalam suatu latihan di Korea. Selama seminggu, kami tidur disiang hari dan latihan di malam hari. Latihan berakhir. Para prajurit menunggu diangkut oleh truk kembali ke camp. Aku menerima berita bahwa Divisi kekurangan BBM untuk mengangkut batalyon kembali sejauh 20 mil ke camp. Kami harus berjalan kaki. Para prajurit dengan kesusahan berdiri dan mulai berjalan, terlalu capai untuk mengeluh. Kami sedang melalui suatu desa Korea, ketika Kapten Harry "Skip" Mohr melambat untuk berbicara padaku. "Hanya tinggal 12 mil lebih sedikit", katanya bersemangat. "Jika kita berjalan cepat, kita dapat menyelesaikannya dalam 3 jam, dan kemudian meminta kualifikasi untuk E.I.B. (Expert Infantryman Badge (Badge / Tanda Infantry Ahli)"

Mohr mengetahui aku sedang mencoba memasukkan sebanyak mungkin prajurit untuk mendapatkan EIB, yang biasanya didapat oleh kurang dari satu diantara lima orang infantry. Kami telah memenuhi persyaratan latihan fisik, di samping pembacaan peta, navigasi dan test lainnya. Rintangan yang tersisa hanya pendakian 12 mil dalam 3 jam. Aku melihat medan yang turun naik. "Skip, kamu bercanda" kataku padanya. "Pak, medan relatif datar hingga 2 mil terakhir. Saya mengetahui orang-orang kita. Mereka dapat melakukannya". Perintah untuk berjalan sesuai irama terdengar di sana sini. Dalam dua jam kemudian, parka terbuka, keringat mengucuri wajah pada malam yang beku, dan gerakan dan bunyi nafas dari ratusan orang terdengar seperti angin. Kami menghadapi satu bukit curam terakhir sebelum masuk ke camp. Aku tidak mengetahui bagaimana orang-orang tersebut akan melakukannya.

Kemudian disebelah depan atas, aku mendengar suara-suara orang menghitung irama, hingga bukit seakan bernyanyi nyanyian batalyon. Ketika kami melalui gerbang memasuki camp, Komandan Jenderal keluar dari ruangannya mengenakan baju mandinya, keheranan ketika 700 orang lewat dihadapannya. Lebih banyak prajurit yang memenuhi kualifiaski EIB dari batalyon kami diantara 3 batalyon yang berdekatan. Dan pemandangan dari prajurit yang kelelahan yang kemudian meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang bersemangat adalah sebuah kenangan yang berharga dalam hidupku.

Selama bertahun-tahun dilapangan, aku mempelajari bagaimana prajurit AS bergerak. Mereka akan menggerutu jika diberi beban berat. Mereka akan besumpah lebih merasa senang berada ditempat lain. Tetapi pada sore hari, mereka akan bertanya dengan bangga "Baikkah apa yang telah kami lakukan?" Mereka menghormati PIMPINAN YANG MEMBERI MEREKA STANDAR YANG TINGGI DAN MEMBAWA MEREKA HINGGA BATAS KEMAMPUAN - selama mereka meilihat adanya tujuan yang berharga bagi mereka. (300501)

(Collin Powell dan Joseph E. Persico, Learning To Lead. Reader's Digest, August 1996. Diringkas dari "My American Journey", Collin Powell, Diterbitkan oleh Random House Inc. New York. Artikel ini diambil dari milis HRI)


Read more! / Baca lanjutannya!

Kesalahan yang Sukses

Colombus melakukan "kesalahan" yang besar dalam perjalannya mencari jalur ke India, karena ia malahan menemukan Benua Amerika. Bertahun-tahun kemudian, jutaan orang mengikuti "kesalahan" tersebut untuk menuai kemakmuran hidup mereka. Masihkah Anda menganggapnya sebagai kesalahan?

Bagaimana dg sejarah ditemukannya sabun? Bagaimana terjadinya aspal, bensin dan minyak? Tahukah Anda sejarah pembuatan teh? Dan banyak lagi proses barang-2 yang ada di sekitar semua. Tidak semuanya tercipta dengan sengaja, namun lebih dominan dari ketidaksengajaan dan kesalahan. Aneh bukan?


Sekarang, bila Anda merasa tidak pernah melakukan kesalahan atau kegagalan, maka Anda memiliki problem ditempat sangat serius. Hampir dipastikan Anda sedang berjalan di tempat atau tidak melakukan apa-apa. Anda tidak melangkah satu jengkalpun. SUNGGUH! Anda harus
melakukan kaji-ulang tentang pergerakan Anda menuju sukses.

Namun bila Anda melakukan kesalahan, berarti Anda telah berbuat sesuatu, dan kesalahan itu membisikkan pada kita sesuatu yang lebih baik untuk kita kerjakan. Sesuatu yang benar yang seharusnya kita kerjakan. Bukankah kesalahan adalah sebuah petunjuk?

Anda sedang berada di padang pasir yang luas. Terik mentari membakar dan kerongkongan Anda menjadi kering. Anda menemukan secarik kertas yang bertuliskan "Hati-hati. Botol satu berisi air dan yang lain berisi minyak". Ketika Anda harus memilih mana botol yang berisi air untuk mengilangkan dahaga, kemungkinan Anda akan memilih botol yang salah karena kedua botol tersebut tertutup rapat dan bentuk botol pun sama.

Setelah Anda mengambil botol dan membukanya, ternyata minyak yang Anda dapatkan. Anda
salah memilih, Namun kesalahan Anda telah membisikan sesuatu kepada Anda, bahwa botol
yang berisi air adalah botol yang satunya lagi. Lihatlah! Betapa kesalahan juga bisa menjadi kunci sukses kita menemukan sebotol air.

Jika Anda tidak memilih sama sekali, maka Anda tidak melakukan kesalahan, namun sampai
kapan pun Anda tidak mengetahui mana botol berisi air. Saya yakin lama kelamaan Anda akan mati kehausan.

Berbuat cermat sangat penting, namun dalam kondisi tertentu kita perlu mengambil risiko. Dan bila kesalahan itu terjadi, maka dengarkan bisikannya. Patuhi, karena kesalahan tidak pernah bohong saat membisikan pada kita sebuah jalan yang harus kita ambil. Semoga bermanfaat.

(Dari buku: Time To Change, Hari Subagya.)


Read more! / Baca lanjutannya!

Semuanya Ada di Dalam Pikiran Anda!

"Entah apakah Anda berpikir, Anda bisa atau tidak bisa, Anda benar."

Di British Columbia, dibangun sebuah penjara baru untuk menggantikan penjara Fort Alcan lama yang sudah digunakan untuk menampung para narapidana selama ratusan tahun. Setelah para napi dipindahkan ke tempat tinggal mereka yang baru, mereka menjadi bagian dari pasukan pekerja untuk mencopoti kayu, alat-alat listrik, dan pipa yang masih dapat digunakan dari penjara lama. Di bawah pengawasan para penjaga, napi-napi itu mulai melucuti dinding-dinding penjara lama.


Saat mereka melakukannya, mereka terperanjat oleh apa yang mereka temukan. Walaupun gembok - gembok besar mengunci pintu-pintu logam, dan batangan-batangan baja dua inci menutupi jendela sel-sel, dinding - dinding penjara itu sebenarnya terbuat dari kertas dan tanah liat, dicat sedemikian rupa sehingga menyerupai besi! Jika ada dari para narapidana yang memukul atau menendang dinding itu dengan keras, mereka dengan mudah dapat membuat lubang di situ, dan melarikan diri.

Selama bertahun-tahun, bagaimanapun juga, mereka tinggal berjubel dalam sel-sel terkunci mereka, menganggap bahwa melarikan diri adalah sesuatu yang mustahil.

Tak seorang pun pernah MENCOBA melarikan diri, karena mereka BERPIKIR itu mustahil.

Saat ini, banyak orang merupakan tawanan rasa takut. Mereka tak pernah berusaha mengejar impian - impian mereka karena berpikir bahwa itu merupakan sesuatu yang mustahil. Bagaimana Anda tahu bahwa Anda tak dapat berhasil bila Anda tidak mencoba?

Salam hangat,
Luciana Abednego


Read more! / Baca lanjutannya!

Dumb Student, Smart Student

Sewaktu kita sekolah atau kuliah, murid/mahasiswa di kelas dapat dibagi dalam 3 kategori : murid pintar, murid rata-rata dan murid bodoh. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya masuk ke kategori pertama yaitu murid yang pintar dan menghindari yang terakhir atau murid bodoh. Orang tua seringkali mendaftarkan anaknya untuk kursus ini, kursus itu agar nilai anaknya menjadi bagus. Orang tua sering kali memfokuskan pada kelemahan anaknya dan berusaha menutup kelemahan anaknya itu.

Pada workshop yang saya adakan, saya bertanya kepada peserta: jika anda mempunyai anak yang menyukai menggambar tetapi nilai matematikanya tidak bagus. Keuangan anda hanya cukup untuk membiayai 1 jenis kursus, kursus apa yang akan anda berikan ke anak anda? Hampir semua peserta menjawab : kursus matematika.

Murid yang pintar biasanya adalah tipe yang ngotot dalam belajar, mereka takut kalau tidak bisa mengerjakan ujian, stress jika mendapat nilai buruk. Tipe murid inilah yang biasanya ikut les ini dan itu, karena mau SEMUA pelajarannya mendapat nilai baik. Murid yang bodoh biasanya adalah tipe orang yang masa bodoh, mereka tidak terlalu memikirkan akan dapat nilai berapa. Murid tipe ini biasanya mempunyai SESUATU yang sangat mereka sukai dan mereka lebih suka melakukan hal itu daripada belajar. Sedangkan murid rata-rata berada di antara 2 kategori itu.

Di kemudian hari, siapakah yang akan lebih sukses atau kaya dalam kehidupannya? Sukses di sini harus dibedakan dengan kaya. Menjadi kaya berarti mempunyai lebih banyak uang, sedangkan sukses berarti mengerjakan hal yang mereka sukai dan menyukai yang mereka kerjakan, dan orang-orang menghargai apa yang mereka kerjakan. Dalam banyak kasus, banyak murid yang bodoh semasa sekolah dan kuliah tetapi kemudian menjadi orang yang sukses. Dan banyak pula yang menjadi sukses dan kaya. Sedangkan murid yang dulu pintar banyak juga yang menjadi kaya tapi sedikit yang sukses. Mengapa demikian ? Karena dari kecil murid yg bodoh sudah terbiasa FOKUS kepada KEKUATAN yg dia miliki, dan tidak terlalu perduli dengan kelemahannya. Sedangkan murid yang pintar biasanya TIDAK FOKUS pada sesuatu, terlebih lagi mereka terbiasa mendahulukan perbaikan pada kelemahan.

Saya mempunyai rekan yg merupakan contoh nyata dari tipe murid yang bodoh ini. Sebut saja namanya a dan b, keduanya pernah tinggal kelas dan termasuk murid yang tidak perduli dengan nilai bagus, sekarang si a menjadi fotografer professional dgn client dari perusahaan-perusahaan terkenal di Indonesia dan si b menjadi montir professional yg disegani di dunia rally mobil.

Ambil contoh lain, Deddy Corbuzier semasa sekolah juga tidak termasuk murid yang cemerlang, tetapi sejak kecil telah menunjukkan kecintaan yg mendalam dengan dunia sulap. Sekarang, siapa yang tidak mengenal Deddy Corbuzier.

Contoh lain lagi adalah Rhenald Khasali, beliaupun pernah tinggal kelas sewaktu sekolah tetapi sekarang merupakan salah satu pembicara handal.

Di lain pihak, yang dulunya murid yang pintar seringkali berakhir dengan bekerja di kantoran, mungkin mereka menghasilkan banyak uang tetapi belum tentu mereka sukses, karena mereka mungkin tidak terlalu menyukai apa yang mereka kerjakan, hal ini karena dari kecil mereka diarahkan untuk memperbaiki kelemahan dan tidak memperkuat apa sebetulnya kekuatan mereka.

Jika anak anda termasuk dalam kategori anak pintar, jangan terlalu cepat senang dahulu. Tetaplah gali apa yg ia sukai, apa yg dengan senang ia lakukan, berilah support agar ia juga melakukan hal yg ia senangi dan tidak hanya belajar terus menerus. Sedangkan jika anak anda termasuk anak yg bodoh dan lebih menyukai kesenangannya daripada belajar, carilah suatu alasan mengapa belajar itu juga penting untuk mendukung kesenangannya. Misalnya ia suka sekali dengan dunia otomotif, beri pengertian bahwa seorang ahli otomotif harus mengerti bahasa Inggeris supaya dapat sukses di luar negeri, atau harus mengerti matematika agar nantinya mengerti mesin dengan baik, dsb.

Jika sekarang anda bekerja sebagai seorang karyawan, andapun tentu dibiasakan oleh perusahaan untuk ditambal kelemahannya. Setiap akhir tahun setelah diadakan penilaian prestasi, pasti ada kelemahan si karyawan yang diperhatikan oleh atasan dan kemudian dibuatkan "Plan for Development" dengan mengikutkan karyawan tersebut pada suatu training yang dapat membantu memperbaiki kelemahannya itu, sedangkan untuk kelebihannya hanya diminta untuk dipertahankan.

Mereka yang hanya memfokuskan diri pada memperbaiki kelemahan biasanya lebih sulit menemukan impiannya dibandingkan mereka yang terbiasa fokus pada kekuatannya. Jadi jangan terpaku pada kelemahan anda,fokuskan perhatian anda lebih kepada kekuatan anda.


Read more! / Baca lanjutannya!

Konsep Diri Positif Sumber Keberhasilan Hidup

Adi W Gunawan*

Perubahan dunia yang sangat pesat membuat persaingan hidup semakin meningkat. Para orangtua saat ini berlomba-lomba untuk memberikan bekal pendidikan, yang dipercayai sebagai bekal terbaik bagi anak yaitu pendidikan. Asumsi orangtua pada umumnya adalah semakin tinggi level pendidikan formal maka akan semakin terjamin masa depan anaknya. Apakah benar demikian?


Untuk menjawab pertanyaan itu kita perlu melihat ke sekeliling kita. Berapa jumlah sarjana yang ”ngganggur”? Berapa jumlah lulusan luar negeri, yang setelah pulang ke Indonesia, tidak bisa bekerja atau tidak berhasil? Berapa banyak yang lulus cum laude namun prestasi hidupnya biasa-biasa? Sebaliknya ada banyak orang yang prestasi akademiknya biasa-biasa namun prestasi hidupnya sangat luar biasa. Jadi, sebenarnya prestasi akademik bukan merupakan jaminan keberhasilan hidup.

Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Dr. Eli Ginzberg beserta timnya menemukan satu hasil yang mencengangkan. Penelitian ini melibatkan 342 subyek penelitian yang merupakan lulusan dari berbagai disiplin ilmu. Para subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan bea siswa dari Colombia University. Dr. Ginzberg dan timnya meneliti seberapa sukses 342 mahasiswa itu dalam hidup mereka, lima belas tahun setelah mereka menyelesaikan studi mereka. Hasil penelitian yang benar-benar mengejutan para peneliti itu adalah:

Mereka yang lulus dengan mendapat penghargaan (predikat memuaskan, cum laude atau summa cum laude), mereka yang mendapatkan penghargaan atas prestasi akademiknya, mereka yang berhasil masuk dalam Phi Beta Kappa ternyata lebih cenderung berprestasi biasa-biasa

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keberhasilan akademik dan keberhasilan hidup. Lalu faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan hidup manusia?

Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system yang menjalankan suatu komputer. Terlepas dari sebaik apapun perangkat keras komputer dan program yang di-install, apabila sistem operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Hal yang sama berlaku bagi manusia.

Konsep diri adalah sistem operasi yang menjalankan komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri ini setelah ter-install akan masuk di pikiran bawah sadar dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran seseorang dalam suatu saat. Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah seseorang untuk berhasil. Demikian pula sebaliknya.

Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Masa kritis pembentukan konsep diri adalah saat anak masuk di sekolah dasar. Glasser, seorang pakar pendidikan dari Amerika, menyatakan bahwa lima tahun pertama di SD akan menentukan ”nasib” anak selanjutnya. Sering kali proses pendidikan yang salah, saat di SD, berakibat pada rusaknya konsep diri anak.

Kita dapat melihat konsep diri seseorang dari sikap mereka. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

*Adi W. Gunawan, seorang Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius dan Genius Learning Strategy. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com.


Read more! / Baca lanjutannya!

Leadership - Mafia Style

Oleh: Togap Siagian

Tony Soprano, bos keluarga mafia Soprano dalam miniseri The Sopranos, sangat menyayangi sepupunya Tony Blundetto, alias Tony B. Saat remaja mereka bersama-sama mengalami berbagai ujian untuk mengasah kemampuan mereka dalam "bisnis keluarga" tersebut. Sayangnya, Tony B. suatu waktu tertangkap saat beroperasi. Soprano selamat karena tidak ikut serta dalam operasi tersebut. Ia merasa bersalah dan menyesal bahwa sepupu dan teman dekatnya itu harus mendekam di penjara selama 15 tahun. Perasaan - perasaan ini membuatnya mempunyai bias dan tidak bisa bertindak tegas terhadap Tony B.


Sekeluarnya dari penjara, Tony B. kembali menjalani hidupnya sebagai kriminal. Dalam sebuah aksinya, Tony B. membunuh seorang kerabat keluarga mafia lain. Timbullah antara keluarga Soprano dan keluarga mafia pesaingnya tersebut.

Bukannya bertindak tegas, Soprano malah mengangkat Tony B. menjadi bos salah satu kasinonya. Padahal, sebagai salah satu kapten di bawah Soprano, Tony B. harus selalu berkonsultasi dengannya sebelum bertindak. Tindakan vigilante Tony B. menyebabkan Soprano kehilangan muka di hadapan lawan dan bawahan bawahannya.

Kasak kusuk mulai muncul di antara para kapten Soprano. Namun mengingat kedudukan Soprano, tiada yang berani berbicara. Hanya si penasehat, alias consiglieri, yang berani mengungkapkannya. Itu pun dengan rasa segan. Menanggapi itu, Soprano tidak bergeming.

Hingga akhirnya Tony B. kembali beraksi sendiri. Dia menghabisi adik dari Phil Leotardo, rekan dari keluarga mafia saingan Soprano tersebut. Phil membalas dengan menganiaya salah seorang kapten keluarga Soprano. Itu pun masih belum memuaskan Phil. Dia ingin Tony B. diserahkan padanya dan mengalami penderitaan yang panjang.

Kali ini, Soprano tidak bisa mengelak lagi. Soprano harus menghukum sepupunya atau organisasinya hancur. Di satu pagi hari, dengan tangannya sendiri Soprano mengantarkan Tony B. ke alam baka.

Tiga Jenis Karyawan

Dalam buku terbarunya berjudul Winning, Jack Welch mengingatkan para leader manager untuk bersikap tegas.

Menurut Welch, ada tiga jenis karyawan di sebuah perusahaan. Karyawan tipe pertama hidup sesuai dengan visi dan misi perusahaannya. Selain itu, mereka antusias dengan pekerjaannya dan mereka menjadi bintang dalam organisasi tersebut. Welch menuliskan bahwa di tiap organisasi ada sekitar 20% karyawan tipe pertama ini.

Yang terbanyak adalah tipe kedua. Mereka berjumlah sekitar 70% dari seluruh karyawan. Tipe kedua ini mempunyai kemampuan yang dibutuhkan perusahaan. Tetapi sayangnya, karena satu dan lain hal, karyawan yang termasuk tipe ini tidak termotivasi untuk bekerja dengan antusiasme dan hasil yang ditunjukkan oleh tipe pertama.

Tipe terakhir adalah para karyawan yang mbalelo. Bukannya mendukung perusahaan, mereka cenderung merugikan perusahaan dengan ketidakpedulian mereka atas tujuan perusahaan. Mereka berjumlah sekitar 10% dari populasi karyawan yang ada.

Tipe terakhir ini berpengaruh negatif pada dinamika organisasi. Mereka meruntuhkan moral para pekerja yang lain dengan kinerja mereka yang buruk. Pada akhirnya keseluruhan organisasi menderita karena beberapa orang yang tidak bekerja dengan baik.

Buat Jack Welch, hanya ada satu penyelesaian bagi 10% karyawan ini: berhentikan mereka. Tentu saja, ini penyelesaian yang paling logis dan paling baik. Hanya yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya?

Melepaskan seseorang bukanlah sesuatu yang mudah. Dalam miniseri The Sopranos, Tony Soprano digambarkan sebagai persona yang dingin. Psikiaternya bahkan menyebutnya extremely anti social. Tetapi sebagai seorang Italia sejati, Tony mempunyai perasaan yang sangat dekat dengan sepupunya Tony B. Sangat sulit baginya untuk menghukum Tony B.

Soprano mendapatkan pelajaran berharga dari sini. Dia hampir saja menghadapi perang antar keluarga mafia. Seorang kaptennya dirawat di rumah sakit setelah dianiaya oleh kelompok pesaingnya. Lebih parah lagi, Soprano harus merelakan kehilangan konsesi di salah satu bisnisnya untuk memenangkan hati keluarga mafia saingannya itu. Kerugian yang sangat besar.

Contoh dalam dunia bisnis tidak kalah banyak. Perusahaan komputer Hewlett Packard memecat Carly Fiorina karena kegagalannya memberikan hasil yang diinginkan. Sayangnya ini harus dibayar dengan harga saham HP yang jatuh sangat tajam setelah merger antara HP dan Compaq. Carly-lah yang menjadi sponsor utama merger tersebut. Kita tahu, merger itu tidak menghasilkan perusahaan yang lebih baik.

Dewan komisaris kemudian mengambil langkah tegas dengan memecat Carly. Penggantinya segera memisahkan bisnis komputer dan bisnis printer HP. Langkah ini, walau terlambat, mengembalikan kepercayaan para investor. Harga saham HP mulai menanjak. Tapi kerugian telah terjadi. Kepercayaan karyawan hilang, harga saham belum mencapai harga sebelum merger, dan pangsa pasar pun berkurang. Belum lagi kompensasi yang diberikan untuk memberhentikan Carly Fiorina. Menurut cnn.com, Carly mungkin mendapatkan kompensasi sebesar $42 juta!!! Jumlah yang luar biasa mengingat hanya kerugian yang dihasilkannya.

Menurut Welch, banyak manajer yang memilih untuk tidak memecat bawahannya yang tidak perform. Buat banyak orang, pekerjaan menjadi identitas mereka. Terkadang lingkungan pekerjaan bahkan menjadi keluarga kedua seseorang. Selain itu, pekerjaan juga memberikan jaminan akan adanya penghasilan tetap. Wajar saja perasaan kuatir dan bersalah muncul saat seorang manajer menghadapi karyawan yang akan dipecat.

Seorang manajer harus mempunyai sikap caring atas bawahannya. Hal ini juga harus ditunjukkan saat memberhentikan karyawan. Buatlah karyawan anda tidak merasa tersinggung saat proses tersebut dilakukan. Karyawan yang dipecat juga haruslah tahu bahwa ini adalah tindakan terakhir yang harus dilakukan. Pemecatan tersebut adalah pilihan terbaik dari berbagai opsi. Dengan mengerti hal ini, harga diri karyawan tersebut tetap terjaga.

Memberhentikan seorang karyawan bukanlah hal yang mudah. Tetapi ini menjadi salah satu tugas seorang pemimpin untuk memastikan organisasinya berjalan sesuai dengan misi dan visinya. Dalam prosesnya, manajer perlu memastikan karyawan mengerti dan menerima hal tersebut.


Read more! / Baca lanjutannya!

Kenali Bakat dan Bangun Karir Anda

Kebanyakan bimbingan karir mengabaikan masalah bakat - seperti dalam pertanyaan, apakah Anda sudah berkecukupan untuk dibayar melakukan pekerjaan yang Anda senangi? Karena jawabannya terkadang tidak, jadi kita lebih sering menghidari masalah ini. Tetapi mengabaikan untuk menaksir bakat Anda bukanlah strategi yang benar.

Berita baiknya adalah bahwa kebanyakan profesi atau pekerjaan, bahkan yang paling menarik sekalipun, dapat diakses asalkan Anda bersedia untuk bekerja keras. Berita yang lebih baik lagi adalah biasanya bakat kita sama dengan apa yang menarik bagi kita.


Ahli psikologi Abraham Maslow menemukan bahwa bakat yang terlahir dalam diri seseorang pada suatu saat akan timbul sebagai suatu kebutuhan, dan perlu mendapatkan perhatian serius. Peluang terbaik untuk menemukan bakat tersembunyi Anda adalah dengan menyelidiki bakat-bakat terdalam Anda, kemudian tumbuhkanlah kekuatan-kekuatan yang diakui di pasar.

Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ahli psikologi bisnis Timothy Butler dan James Waldroop dari Harvard menyimpulkan, "Ada delapan fungsi bisnis inti, semuanya adalah kegiatan dasar seperti analisis kuantitatif, pengembangan teori, berpikir perseptual, mengelola orang, pengendalian usaha, dan produksi kreatif.

Jika Anda memperhatikan minat terdalam Anda dan memikirkan bagaimana hal itu dapat dinyatakan dalam perilaku bisnis spesifik, maka Anda sudah menemukan unsur-unsur dari keputusan karir yang baik.

Ini adalah nasihat yang bijaksana tetapi belum tentu berlaku untuk sebagian kalangan, bahkan untuk kegiatan bisnis dalam pengertian yang seluas-luasnya. Mungkin Anda memiliki suatu hobi atau kegemaran yang secara tidak langsung dapat diterjemahkan menjadi sesuatu yang komersial, namun Anda tidak tahu bagaimana memulainya.

Gagasan 'do what you love, the money will follow' kelihatannya sangat cantik dan ideal untuk dijadikan sasaran, tetapi Anda tidak dapat mengandalkannya kalau Anda tidak berani mencobanya mulai saat ini. Kadangkala kita sering merasa minder hanya gara-gara bakat dan kemampuan kita 'belum mendapat pengakuan'.

Sadarilah bahwa pasar di luar sana bukan main kompetitif, dengan banyak sekali orang sangat berbakat yang mencari penghidupan sesuai bakat mereka masing-masing. Oleh karena itu, jangan pernah menyepelekan inspirasi. Perlakukanlah bakat kita sebagai sesuatu yang harus selalu dirawat dan dipelihara untuk meraih kesuksesan.

Berpikir menurut alur seperti ini akan membuat Anda bebas mempertimbangkan kehidupan ekonomi Anda sebagai bagian dari teka-teki multidimensional kehidupan yang sempurna. Jadi, mulai saat ini temukanlah sesuatu yang unik dari bagian diri Anda untuk dikembangkan menjadi suatu pilihan karir atau sumber pendapatan.

Berikut ini ada beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan untuk menyelidiki bakat Anda:

1. Cobalah buat sebuah buku harian pekerjaan dan catatlah pada bidang apa sajakah Anda biasanya merasa cocok atau sering mendapatkan pujian untuk hal itu.

2. Tulis kekuatan-kekuatan yang Anda miliki di satu kolom dan buatlah verifikasi tentang mengapa itu menjadi kekuatan Anda di kolom lainnya. Setelah mencatat sekitar sepuluh kekuatan, tentukanlah priroritas kekuatan yang Anda miliki.

3. Sering-seringlah bertanya pada diri Anda sendiri tentang apa sajakah yang anda anggap sebagai prestasi atau kepandaian terbesar anda selama ini.

4. Lihat jenis-jenis kecerdasan/intelejensia di bawah ini dan renungkan mana yang terbaik yang anda miliki:
- Logis-matematis: anda senang menganalisis masalah dan berstrategi.
- Spatial: anda cenderung artistik, juga suka mengatur-atur obyek.
- Musikal: anda punya sensitifitas tinggi pada irama dan tempo.
- Linguistik: anda pandai bersilat lidah dan membawakan cerita.
- Interpersonal: anda mudah dan terampil dalam bersosialisasi.
- Bodily-kinesthetic: anda punya bakat olah tubuh yang luar biasa.
- Intrapersonal: anda mampu memahami dan merasakan diri sendiri.
- Naturalis: anda suka ke alam bebas dan berupaya melindunginya.

5. Minta pada kawan yang mengenal Anda dengan baik dan pertimbangannya selalu Anda dengarkan, untuk menyebutkan lima kekuatan utama Anda dan alasannya.

6. Untuk suatu pandangan diri yang lebih lengkap dan obyektif, ajak sekelompok teman dekat untuk membicarakan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Apakah yang orang lain katakan sebagian cocok dengan bagaimana Anda melihat diri Anda?

Dari email di milis Friendster Indonesia


Read more! / Baca lanjutannya!

Memotivasi Diri Melalui Rasa Percaya Diri

By Yogha

Aset paling berharga bagi banyak orang adalah juga aset yang paling belakangan dihargai. Aset itu, bila ditangani dengan semestinya, akan mampu memberikan hasil secara dramatis. Aset yang tidak dapat dikenakan harga setinggi apapun. Itulah otak manusia, pikiran dan proses berfikir.

Otak merupakan kawasan penyimpanan yang kapasitasnya luar biasa, menjadi pentinglah untuk berhati-hati di dalam mengisinya. Sebagian orang mempunyai otak yang penuh dengan pemikiran dan pengalaman negatif. Mereka akan secara terus-menerus menanamkan masukan saya tidak mampu dengan setumpuk alasan mengapa mereka tidak mampu. Sehingga ketika dihadapkan pada sebuah kesempatan atau tantangan baru, otak mereka, ketika ditanya, mengirimkan jawaban : Tidak, kamu tidak mampu, atau tanggapan lain semacam itu.


Lima langkah yang diperlukan untuk membangun kepercayaan diri dan yang pada gilirannya membangun rasa percaya diri bagi motivasi diri dari dalam.

Hindari mencari-cari alasan
Begitu banyak orang mengurungkan niat mereka dengan mengajukan alasan yang tidak masuk akal dan samasekali salah. Seperti :
- Saya tidak bisa
- Saya tidak mampu sebab...
- Pendidikan saya belum memadai
- Saya sudah terlalu tua
- Saya masih terlalu muda, dll

Siapapun dapat mencari alasan bagi hampir segalanya, maka dalam membangun kepercayaan diri, jangan sekali-kali membuat alasan. Hal itu mungkin sangat menyenangkan dan menentramkan hati, tetapi alasan-alasan hanya akan menghamabat seseoarang dari pencapaian sasaran. Ingatlah bahwa otak Anda adalah kawasan penyimpanan -- apa yang Anda masukkan pada gilirannya akan keluar lagi, jadi gantilah penyisipan hal-hal negatif dengan hal-hal positif.

Gunakan Daya Imajinasi

Otak dengan kapasitasnya yang tidak terbatas dapat membantu Anda dengan tanpa batasan mencapai ambisi hidup jika Anda memberinya kesempatan. Biarkan dia menggambarkan diri Anda sebagai pribadi yang Anda inginkan. Dengan jelas menggambarkan apapun wujud yang Anda inginkan. Semakin Anda memikirkan itu semua semakin besar kepastian akan suatu hasil yang positif.

Jika Anda terus menerus membiarkan pikiran Anda dipenuhi dengan bermacam-macam pemikiran mengenai penyakit dan kesehatan yang buruk, Anda hampir pasti akan mengalami penyakit yang Anda pikirkan. JIka Anda terus menerus memikirkan hasil negatif tentang pergaulan atau karier bisnis, pemikiran itu pada gilirannya akan mengakar dalam diri Anda.
Maka dalam proses membangun kepercayaan diri dengan menmggunakan proses kesan daya imajinasi otak, pentinglah untuk menjadi yakin bahwa apa yang sedang Anda pikirkan dan lihat dengan jelas adalah hal yang positif. Hal yang positif itu harus memungkinkan kesan positif pada diri Anda dan peningkatannya, serta pemikiran positif itu harus mengarah ke sasaran Anda, cita-cita dan kebahagiaan dalam hidup.

Jangan Takut Gagal

Kegagalan telah mengahalangi begitu banyak orang sehingga mereka mundur sebelum mencoba, berbuat atau meraih keberhasilan sebab mereka tidak mampu menerima terminologi dimana ada kemungkinan untuk gagal. Sebagian orang benar-benar tidak pernah mencoba sesuatupun sebab rasa takut gagal ini telah menguasai otak mereka selama bertahun-tahun. Setiap hari mereka memikirkan kegagalan ini sehingga mereka tidak pernah sungguh-sungguh melakukan sesuatu dan pada akhirnya mereka tidak percaya diri dan penuh keraguan.

Penampilan Membentuk Kepercayaan Diri

Penampilan luar memang bukan segalanya. Kadang-kadang perlu untuk membelanjakan uang demi penampilan luar yang menarik, karena dengan penampilan luar yang menarik memberi kesempatan yang ada dalam diri Anda untuk merasa baik. Tetapi haruslah tetap bersikap realistis. Sebagian orang bersikap berlebihan dalam penampilan mereka dan pada akhirnya semua itu hanya demi kepuasan ego mereka.

Susunlah Catatan Mengenai Sukses Yang Diperoleh

Setiap orang pernah mencapai sukses dalam hidupnya. Cara mengumpulkan catatan sukses masa lalu sangat sederhana. Pikirkan balik sukses Anda yang paling awal yang mungkin terjadi pada masa sekolah ketika memenangkan lomba balap kelereng atau balap karung. Mungkin juga berawal dari ucapan selamat ketika memenangkan lomba mengambar atau melukis. Ini bisa dulakukan secara lisan pada suatu audio kaset atau buku catatan. Anda bisa melihat kembali catatan dan memperbaharui aset paling berharga Anda dengan kenangan akan sukses tersebut.

Motivasi hanya dapat mengabadikan diri berdasarkan harapan. Untuk memotivasi diri, seseorang harus memiliki harapan tentang sebuah masa depan. Oleh karena itu dalam memotivasi diri seseorang bertanggung jawab untuk menciptakan sendiri harapannya.

Disarikan dari buku Sukses Memotivasi karangan Richard Denny
Sumber : http://pembelajaran.blogspot.com/


Read more! / Baca lanjutannya!

[resensi] Blink : The Power of Thinking without Thinking

Oleh: Togap Siagian

Melihat kandidat tersebut masuk ke ruangan, segera saya berpikir,"Hm, dia bukan kandidat yang cocok untuk pekerjaan ini". Secara logika, saya bisa menjelaskan pikiran saya. Kandidat tersebut, seorang fresh graduate dari sebuah sekolah teknik ternama di Indonesia, berjalan masuk dengan kepala sedikit menunduk dan bahu sedikit membungkuk. Di momen itu saya langsung memberi penilaian kepadanya.


Interview dilanjutkan. Saya didampingi seorang staff senior dari departemen saya dan dua orang staff dari human resources department. Hanya sebentar saja interview dilakukan. Setelah kandidat tersebut keluar dari ruangan interview, kami saling membandingkan catatan kami. Walau ada beberapa kelebihan kandidat tersebut, tetapi kami memutuskan untuk memilih kandidat lain.


Buat saya sendiri, interview itu bisa dikatakan hampir berakhir di saat kandidat tersebut masuk. Tidak mudah bagi saya untuk mengubah penilaian awal saya. Kesan yang saya dapatkan darinya membuat saya berpikir bahwa dia kurang percaya diri, satu karakter yang dibutuhkan untuk posisi yang sedang kosong itu.

Keputusan sekejap mata inilah yang dibahas dengan menarik oleh Malcolm Gladwell dalam buku terbarunya Blink - The Power of Thinking without Thinking. Malcolm adalah juga pengarang buku best seller "The Tipping Point".

Dalam bukunya yang juga menjadi best seller ini, Malcolm memberikan banyak contoh tentang keputusan - keputusan yang diambil berdasarkan perasaan tertentu atau "hunch" seseorang. Hunch tersebut bisa jadi benar atau tidak. Tapi kenyataannya, sering kali keputusan kita diambil berdasarkan perasaan itu.

Salah satu contoh yang menarik adalah kisah tentang sebuah patung yang dibeli oleh museum Getty di Amerika. Patung yang dibeli dengan harga hampir 30 juta dollar Amerika tersebut disebut oleh penjualnya sebagai patung Yunani yang berumur ribuan tahun. Museum Getty memanggil seorang ahli geologi untuk meneliti patung tersebut berdasarkan bahan marmer yang digunakan. Melalui suatu penelitian yang saintifik, ahli geologi tersebut memutuskan bahwa patung tersebut telah berumur ribuan tahun. Museum Getty kemudian memamerkan patung tersebut pada seorang ahli yang kebetulan adalah anggota dewan museum tersebut.

Di sinilah saat "blink" tersebut terjadi. Saat melihat patung itu, ahli tersebut, Frederico Zeri, mendapati dirinya memperhatikan bentuk kuku jari patung itu. Tanpa tahu apa yang salah, Frederico merasakan adanya keanehan pada patung itu. Beberapa ahli lain yang kemudian mendapat kesempatan melihat patung tersebut juga mempunyai perasaan aneh yang mirip. Thomas Hoving, mantan direktur Metropolitan Museum or Art di New York, mengingat saat pertama kali melihat patung itu dia berkata,"It was 'fresh'". 'Fresh' tentunya bukan gambaran yang cocok untuk sebuah patung yang diduga berumur ribuan tahun.

Melalui investigasi diketahui ada berbagai keanehan yang berhubungan dengan kepemilikan patung tersebut sebelumnya. Sayangnya museum telah mengeluarkan jutaan dollar dan terlambat untuk mengubah keputusannya.

Para ahli yang merasakan keanehan saat melihat patung tersebut tidak dapat menjelaskan perasaan mereka. Mereka hanya tahu ada yang tidak sesuai dengan patung yang mereka lihat. Dan mereka mendapatkan perasaan ini hanya beberapa saat setelah mereka melihat patung itu.

Apakah ini berarti bahwa kita harus mempercayai intuisi kita dalam mengambil keputusan penting? Justru sebaliknya. Malcolm menyatakan bahwa kita harus berhati-hati dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan hunch itu. Keputusan yang diambil berdasarkan 'hunch' ini bisa menyebabkan kesalahan yang sangat besar. Contohnya yang nyata terjadi dalam sistem demokrasi Amerika Serikat.

Di negara yang menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi utama di dunia, pemilihan presiden menjadi puncak dari pesta demokrasi. Di awal abad kedua puluh, Amerika Serikat memilih Warring Harding sebagai presiden mereka. Harding kemudian hari menjadi salah satu presiden terburuk dalam sejarah negara tersebut.

Mengapa rakyat AS saat itu memilih Harding? Malcolm menunjukkan bahwa tidak ada prestasi khusus yang diperoleh Harding dalam karirnya sebagai seorang politisi. Bahkan, dalam dua perdebatan yang penting saat itu, Harding tidak hadir. Tetapi seperti dituliskan seorang wartawan di masa itu, Harding mempunyai bentuk fisik yang sangat bagus. Bahkan sering kali kata "menyerupai orang Romawi" digunakan untuk menggambarkan kelebihan fisiknya. Cara berbicaranya yang menggunakan tone yang rendah juga menambah ketampanannya. Hal-hal inilah menurut pengarang buku yang menghipnotis para pemilih saat itu.

Sekedar intermezzo. Membaca bagian ini saya teringat dengan SBY. Beberapa tahun sebelum dia mengikuti pemilihan presiden, saya menonton sebuah wawancara dengannya. Saat itu saya berpikir,"Inilah presiden Indonesia berikutnya". Saya yakin, banyak orang yang berpikir sama jika melihat cara SBY berbicara dan mengungkapkan pikirannya. (Kita perlu menunggu untuk menilai keberhasilan SBY sebagai presiden).

Menurut Malcolm, agar dapat menggunakan intuisi ini sebaik-baiknya, kita harus melatih diri kita. Malcolm tidak menjelaskan secara detail latihan yang harus dilakukan untuk meningkatkan intuisi ini. Tetapi dalam bukunya diceritakan tentang beberapa orang yang telah melatih kemampuan mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menilai sesuatu secara tepat berdasarkan apa yang mereka rasakan.

Di sisi lain, Malcolm mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam analisis yang terlalu luas. Sudah sering kita dengar adagium "paralysis by analysis". Dalam Blink diceritakan bagaimana Van Riper, seorang jenderal marinir, berhasil mengalahkan prajurit AS dalam simulasi perang terbesar di dunia. Simulasi yang dilakukan di awal abad ke-21 tersebut memberi kesempatan buat tentara AS untuk mencoba berbagai teknik pengambilan keputusan canggih yang belum pernah digunakan sebelumnya. Tetapi karena terjebak dalam prosedur dan kegiatan menganalisis data, mereka "kalah" berperang melawan prajurit Van Riper yang diberi ruang untuk berimprovisasi di lapangan.

Aplikasi hal ini tentunya sangat nyata dalam dunia kerja. Sering kali dalam mengambil suatu keputusan yang kritikal, kita terjebak untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Dalam bukunya Blink, Malcolm menegaskan bahwa yang terpenting adalah menggunakan data-data yang diperlukan saja. Seperti para ahli seni yang memperhatikan bentuk kuku patung Yunani tersebut. Atau seperti ahli lain yang hanya memperhatikan ke-'segar'-an patung tersebut. Data yang terlalu banyak malah tidak akan menolong dalam mengambil keputusan. Dengan memperhatikan data-data yang penting saja, keputusan yang diambil akan lebih berarti.


Read more! / Baca lanjutannya!